Reporter
Dalam Kilat
Berasal dari secarik rencana bahasa orang bermata biru.
Demi mempersiapkan wawancara scholarship yang akan ditemui dua tahun yang akan
datang. Speak English membawaku mengikuti praktek di Pulau Merah. Didampingi
guru yang cantik nan memiliki jiwa remaja. Empat orang telah mempersiapkan
mental dan membuat daftar pertanyaan, yang akan terlontar saat menemui orang
bermata biru.
Mentari yang telah mencium laut, mulai kembali berdiri
bersama nyanyian burung surga. Khilma menjemputku dengan sepedha beat
kesayanganya. Dia memakai celana jeans dengan baju merah andalanya. “lebih baik
kita menunggu di perempatan rumah belajar Sophia” usul khilma dengan nada
penuh keyakinan. Penuh gairah bak
semangat dalam api unggun menanti mbak Siska sama Mbak yanti tepat di depan
Shopia. Yang kebetulan hari Munggu tutup.
Selama 15 menit menunggu tetapi mereka tak kunjung
datang. Dan itu memunculkan asumsi untuk menelfon mbak Yanti.
“Hallo…mbak
saya sudah di depan Shopia”
“Lho
dek, belum diberi tahu kalau tidak jadi ke Pulau Merah, karena bu Rita pergi ke
Jember”
“oh…yasudah
mbak” dengan rasa kusar menutupi sebait kekecewaan.
Pulang dengan gunaman-gunama yang
tak pernah berguna. Bahkan deheman yang hanya membuat diriku semakin menyesal
Sangat disayangkan bila rencana yang
sudah disepakati meleleh begitu saja. Jika dalam ungkapan yang masyur tak ada
rotan akarpun jadi. Mbak Siska menyusul langkahku ke Sekolah. Akhirnya
memutuskan tetap pergi ke Pulau Merah, untuk refresing dan menjalin
kebersamaan. Mengikuti tingkah remaja yang lagi tenar, selfie sana sini. Jam
11.30 dibawah terik matahari melhat air laut yang menguap. Ketika ingin pulang
karena rasa panas, aku dan teman-teman menemukan sesuatu yang mengganjal.
Mengkerling remaja berpiyama biru nan hijab yang menutupi rongga kepalanya
terlihat anggun nan elok.
Ketika aku, Khilma, mbak Siska
Mendekat kepada mereka. Ternyata gadis-gadis itu dari SMP Blokagung yang
mengadakan praktek speaking English. Ada hal pelajaran yang perlu diingat saat
mereka ditanyai.
“Apa
pandangan kalian tentang Pulau Merah ini? Dan coba lihat sampah-sampah disana”
“Pulau
Merah sangat bagus, karena dapat menjadi asset bagi daerahnya, dan
menguntungkan bagi pelajar seperti kita yang tidak perlu jauh-jauh ke Bali
untuk praktek. Kalau masalah sampah itu tergantung dari individunya sendiri,
meski ada pekerja yang membersihkan pantai setiap harinya, namun jika dari
pengunjungya sendiri melakukan kerusakan itu tepap saja mengurangi keindahan
tempat ini. Sangat disayangkan tempat yang indah ini akan tercemar”
Begitulah akhir dari reporter aku
dan teman-teman. Meski acara utama gagal, namun ada rencana dadakan yang lebuh
bermanfaat. Setidaknya waktu yang telah dipersiapkan tidak terbuang sia-sia.
Hitung-hitung untuk menambah pengalaman , ketika mereka menjadi reporter aku
yang menjadi photographer.
Komentar
Posting Komentar